illustrasi |
SEBUAH penelitian
di Amerika menunjukkan ada satu penyakit baru yang muncul sejak 2004 lalu.
Penyakit ini telah menjangkiti beberapa orang di Amerika dan Asia. Anehnya, si
penyakit memiliki gejala mirip AIDS.
Meski bergejala seperti
AIDS, namun dokter dan peneliti tak yakin jika penyakit ini berawal dari HIV.
Alasannya, pertama, penyakit ini tak pindah antarmanusia melalui virus layaknya
HIV. Kedua, virus HIV secara spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh dan
sangat cepat membunuh sel T.
"Namun
penyakit ini tak melakukan itu," tulis Gwinnett Daily Online, Senin, 27
Agustus 2012. Penyakit mirip AIDS ini memang tak langsung menyerang sistem kekebalan
tubuh.
Tapi lambat laun,
si pengidap bakal mengalami kerusakan pada sistem kekebalan tubuhnya.
Akibatnya, mereka tak lagi dapat menangkis infeksi yang masuk ke tubuh. Tidak
seperti orang sehat pada umumnya.
"Penyakit ini
adalah jenis lain dari Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Terjadi pada
orang dewasa dan tidak menurun."
Menurut peneliti,
ukuran orang dewasa yang dapat mengidap penyakit ini adalah mereka yang berusia
di atas 50 tahun. Dan, berdasarkan riwayat kesehatan, biasanya penyakit ini
hanya dialami satu orang dalam sebuah keluarga. Tak ada penularan atau
penurunan penyakit
dalam keluarga si pasien.
Selama ini,
sebagian besar pasien pengidap infeksi ini hidup di Asia. Namun berapa jumlah
mereka yang mengidap karenanya, belum bisa diketahui. Sebab pasien yang
meninggal itu kerap dikaitkan dengan pelbagai penyakit.
Pada 2009, seorang
perempuan Vietnam yang telah menetap di Tennessee, Amerika, sejak 1975, pulang
ke kampung halamannya di 1995. Sekitar pertengahan 2009, ia mengalami demam berkesinambungan
serta infeksi. Ketika itu umurnya 62 tahun.
Dalam waktu
singkat, infeksi itu menyerang tulangnya dan menimbulkan banyak gejala aneh.
Berat badannya pun turun drastis. Dari 45 kilogram menjadi 31 kilogram.
Hingga kini,
peneliti dan dokter belum mengetahui penyebab infeksi itu. Mereka masih
mempelajarinya. Meski demikian, para peneliti yakin bila banyak pasien yang
telah mengalami kasus ini. Hanya saja, tak banyak dokter yang menyadarinya. (sumber)